Alaqshadelatinos.org – Di antara antara kewajiban terhadap Al-Qur’an adalah membacanya dengan baik dan benar sesuai kaidah tajwid. Bagian penting ketika dibaca Al-Qur’an adalah mendengarkannya.
Adab ketika mendengar bacaan Al-Qur’an adalah mendengarkannya dengan khusyu’. Bagaimana seharusnya ketika kita mendengar Al-Qur’an?
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang maknanya sangat dalam hingga tidak ada satu makhluk pun yang mampu mengungkap maknanya secara detail dan menyeluruh. Meskipun begitu, Allah menyeru manusia agar merenungkan ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.
كِتٰبٌ اَنۡزَلۡنٰهُ اِلَيۡكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوۡۤا اٰيٰتِهٖ وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.” (QS: Shad [38]: 29).
Di antara adab ketika Al-Qur’an dibaca adalah mendengarkannya dengan seksama dan diam. Hindarkan dari tindakan mengobrol sendiri, sibuk dengan main hanphone, tidak berisik atau berbuat sesuatu yang menyebabkan terganggunya kekhusyukan. Hal ini sebagai praktik dari firman Allah SWT.
وَإِذَا قُرِئَ ٱلْقُرْءَانُ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥ وَأَنصِتُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS: Al-A’raf [7]: 204).
Imam An-Nawawi berkata dalam kitabnya At-Tibyan Fii Adabi Hamalatil Qur’an, di antara bentuk penghormatan terhadap Al-Qur’an adalah menghindari tertawa, bersorak-sorai, dan berbincang-bincang ketika Al-Qur’an dibaca, kecuali perkataan yang sangat mendesak.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa Allah memerintahkan untuk diam ketika Al-Qur’an dibaca sebagai penghormatan dan pemuliaan terhadap Al-Qur’an, tidak seperti orang kafir yang mengatakan.
وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَا تَسْمَعُوا۟ لِهَٰذَا ٱلْقُرْءَانِ وَٱلْغَوْا۟ فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ
“Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka.” (QS: Fushilat [41]: 26).
Perintah untuk diam dalam ayat tersebut bukan diam pasif, tanpa memberikan respon apapun terhadap bacaan yang didengar, karena Nabi SAW pernah menegur para sahabat yang hanya diam tanpa respon ketika dibacakan Al-Qur’an di hadapan mereka.
Dari Jabir ia berkata ketika Rasulullah SAW membacakan surah Ar-Rahman kepada para sahabat hingga selesai, beliau bersabda yang artinya;
“Mengapa saya melihat kalian diam saja? Sungguh kalangan Jin merespon lebih baik dari kalian, tidaklah aku membacakan kepada mereka berkali-kali ayat –artinya maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan– kecuali mereka mengatakan: wahai Rabb kami tidak ada sesuatu pun dari nikmat-Mu yang kami dustakan maka bagi-Mu lah segala pujian.” (HR: Tirmidzi dan Al-Hakim).
Rasulullah SAW memberikan pujian pada kalangan Jin karena mereka memiliki respon yang baik ketika Nabi SAW membacakan Al-Qur’an, tidak hanya diam dan pasif tanpa respon apa pun.
Bahkan Allah memuji bangsa Jin yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an dengan baik dan mengatakan kepada sesamanya agar diam. Setelah selesai mendengar bacaan Al-Qur’an mereka segera kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan.
وَإِذْ صَرَفْنَآ إِلَيْكَ نَفَرًا مِّنَ ٱلْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ ٱلْقُرْءَانَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوٓا۟ أَنصِتُوا۟ ۖ فَلَمَّا قُضِىَ وَلَّوْا۟ إِلَىٰ قَوْمِهِم مُّنذِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS: Al-Ahqaf [46]: 29).
Imam Al-Qurthubi berkata, ayat ini sebagai celaan terhadap orang musyrik Quraisy yang berpaling dan tetap pada kekafiran setelah mendengar Al-Qur’an, sedangkan kalangan Jin mereka mendengar lalu beriman dan meyakini bahwa hal ini datangnya dari Allah.
Di antara adab mendengar bacaan Al-Qur’an selain dengan diam secara seksama dan memperhatikan bacaan Al-Qur’an adalah memahami makna ayat yang didengarkan, merasakan pengaruh dari ayat yang berisi tentang peringatan dan teguran, bergembira ketika mendengar ayat tentang kasih sayang Allah, dan lain sebagainya.
Orang yang mendengar bacaan Al-Qur’an hendaknya memperhatikan adab-adab di atas, bukan sibuk berbincang yang menjauhkan dari memperhatikan bacaannya, atau mengabaikan dari mendengarkan dan tidak merenungi makna yang terkandung di dalamnya.
Al-Qur’an adalah cahaya dan petunjuk, serta menjadi rahmat bagi seluruh makhluk yang ada di langit dan di bumi, karena sejatinya semua itu bertasbih (mensucikan) dan memuji Allah SWT.
تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS: Al-Isra [17]: 44).
Ketahuilah bahwa mendengarkan dan memperhatikan bacaan Al-Qur’an akan dibalas dengan berlipat pahala kebaikan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda:
«مَنْ قَرَأ حَرْفاً مِنْ كِتاب الله فَلَهُ حَسَنَة، والحَسَنَة بِعَشْرِ أمْثَالِها، لا أقول: ألم حَرفٌ، ولكِنْ: ألِفٌ حَرْفٌ، ولاَمٌ حَرْفٌ، ومِيمٌ حَرْفٌ»
“Siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur`ān) maka baginya satu pahala kebaikan, dan satu pahala kebaikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat, aku tidak mengatakan bahwa alif lām mīm itu satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lām satu huruf, dan mīm satu huruf.” (HR: Tirmidzi).
Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar mampu menjaga adab ketika mendengar bacaan Al-Qur’an serta mentadabburinya sehingga berpengaruh dalam kehidupan. Amin.*/ Imam Nur Suharno