Oleh: Ust Haidar Bawazier
Penulis: Srigustia Fitriyenni
Muhammad al Fatih hidup 500 tahun setelah Rasulullah, namun ia dipuji oleh Rasulullah. Rasulullah menyebutkan:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” (HR Ahmad bin Hanval Al Musnad)
Semenjak Rasulullah bersabda seperti itu, maka setiap khalifah berusaha untuk menaklukan konstantinopel. Semua belum berhasil sampai masa daulah ustmaniyah pada sultannya yang ke 7 yaitu Muhammad al Fatih.
Daulah ustmaniyah berlangsung sekitar 700-800. Khalifah pertamanya adalah Utsman. Awal berdiri daulah ustmaniyah ini masih ada daulah abasiyah. Ia dihimpit kekuataan romawi (disebelah timur) dan seljuk. Utsman memilih ekspansi ke romawi. Utsman berkata pada anaknya ia memilih romawi karena ia memperluas kekuasaan karena ingin menyebarluaskan dakwah Islam ke negara-negara kafir. Misi ini diteruskan oleh generasi-generasi setelah ustman. Bahkan pengaruhnya sampai ke Indonesia. Daulah ustmaniyah memberikan bantuan ke Aceh melawan Belanda.
Muhammad al-Fatih nemiliki 2 saudara, ia sudah disiapkan oleh orang tuanya untuk menjadi khalifah semenjak kecil. Seorang penulis Inggris -Steven- yang mempelejari kisah hidup Muhammad al Fatih, ia mengatakan:” Muhaamd al-fatih adalah irang yang disiapkan dengan pendidikan yang untuk menghasilkan sultan yang terbesar dizamannya”. Sistem pendidikan yang benar bertemu dengan potensi yang besar akan melahirkan pemimpin besar. Ketika sistem itu tidak ada, maka kita akan kehilangan orang-orang besar.
Hal ini dipahami oleh orang-orang kafir yang tidak menyukai Islam sehingga mereka berusaha agar jangan sampai sistem pendidikan di wilayah muslim itu melahirkan orang orang Islam yang militan. Mereka memasuki sistem-sistem pendidikan di negara-negara muslim. Seperti yang terjadi di saudi arabia.
Sistem pendidikan al fatih:
1. Al Fatih dari kecil sudah belajar ilmu agama. Ayahnya Murad ke 2 memanggil guru-guru terbaik salah satunya ahmad bin ismail al-qurani yang merupakan ahli tafsir, ahli quran dan murid ibnu hajjar atsqalani. Al fatih hafal quran ditangan alqurani.
Guru ke 2 al fatih yaitu Maulana khasru.
3 pendidikan al fatih dari kecil yaitu:
• pendidikan syariah. Salah satu gurunya adalah Syamsuddin. Ia menyampaikan hadist Rasulullab kepada al fatih dan harapannya al fatih akan menjadi penakluk konstantinopel yang dihadist nabi tersebut. Ini sering diulang oleh gurunya kepada al fatih sehingga Al fatihpun menjadi termotivasi.
Ini membuktikan bahwa guru terbaik dengan sistem pendidikan terbaik akan melahirkan orang-orang besar.
Pendidikan agama yang kuat lahir seorang al fatih yang memiliki semangat yang tinggi untuk islam.
• pendidikan ilmu dunia seperti ilmu geografi, gurunya didatangkan dari Yunani, ilmu sejarah yang gurunya adalah orang itali.
Selain itu ia juga belajar matematika dan bahasa. Muhammad al fatih menguasai 7 bahasa. Al fatih tidak pernah berbicara dengan utusan2 negara lain dengan menggunakan penterjemah.
Ia menguasai bahasa turki, arab, persia, yunani (serbia), dll.
• pelatihan menjadi pemimpin dimana ia dijadikan walikota oleh ayahnya pada usia 10 th, namun ia didampingi oleh banyak penasehat.