Alaqshadelatinos.org — Sesungguhnya hidup ini adalah sebuah perjalan. Ada banyak cobaan saat kita menjalaninya. Allah tetapkan beberapa titik kecemasan dan ketakutan. Saat usia kita masuk 20 tahun, 40 tahun dan 60 tahun. Kecemasan yang seringkali menjadi ketakutan dan berubah jadi life crisis itu sesungguhnya karena kita tidak punya ilmu untuk melewatinya. Jika ilmu yang bersumber pada Allah itu kita genggam, maka insyaAllah kita tak akan cemas dan takut. Itulah intisari yang disampaikan oleh ust Weemar Aditya, dalam pengajian bersama ummahat beberapa waktu lalu.
Pengajian ummahat Al Aqsha kali ini memang berbeda, dengan dukungan audio visual yang cukup memadai dan film-film pendek, meskipun daring pengajian ummahat layaknyamengikuti serial Nge-Fast dan Nge-Slow, pengajian ber-seri yang langsung diasuh oleh ust Weemar dan diikuti ribuan jamaah itu.
Kembali pada kajian Ust Weemar. Hadirnya masalah tidak bisa dihindari, dia adalah keniscayaan dalam kehidupan. Namun kita harus banyak bersyukur kepada Allah dalam kondisi apapun agar Allah memberikan solusi dalam setiap masalah yang kita hadapi.
Ust Weemar berpesan bahwa manusia selalu melihat kehidupan orang lain enak daripada kehidupannya sendiri. Dia mengingatkan bahwa ini bukan fitrah, tapi tabiat. Kebiasaan buruk kita.
Lebih lanjut Ust Weemar menjelaskan tahapan usia yang biasanya dihinggapi sindrom Life crisis. Saat umur 20-an, saat usia ini banyak orang gelisah karena dia tahu hidupnya itu ditangannya sendiri, sementara, mereka mulai tidak tergantung pada orang tua. Saat itulah semua tanya tentang kemampuan terjadi.
Sedangkan saat usia 40-an, kegelisahan kembali muncul, karena masa keemasan sebagai manusia sudah mulai habis, tak lagi produktif, sementara mereka merasa belum mendapatkan apa-apa. Sedangkan saat usia 60-an, kegelisahan, ketakutan, kecemasan mulai meningkat, karena banyak teman sudah tutup usia, mulai teman jamaah masjid sampai teman SD.
Life crisis, kata Ust Weemar adalah antitesis dari kebahagiaan, menjadi lawan dari kebahagiaan. Banyak orang beranggapan bahwa mengejar kebahagiaan bisa bahagia. Namun ternyata kebahagiaan itu diraih bukan dengan mengejar kebahagiaan melainkan dengan menghilangkan kecemasan.
Kecemasan akan hilang bagi orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan, bertaqwa pada Allah, dan menjadikan Al Quran sebagai pedoman hidup. Seperti yang Allah janjikan dalam beberapa ayat Al Quran, diantaranya Al-Baqarah Ayat 38.
“Turunlah kamu semua dari surga! Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.”
Bahagia itu menjalani hidup dengan nilai agama Allah, genggam agama Allah dengan erat. Dan Allah akan ganti semua amal kita, semua ketaatan kita pada Allah di dunia dengan menghilangkan kecemasan dan ketakutan kita. Allah akan datangkan ketenangan dalam hati kita di usia saat krisis terjadi.
Bahagia itu ibarat gelap, sebenernya tidak ada. Kita bahagia karena hati kita tidak cemas. Bahagia bukan karena moment tertentu, bukan karena memiliki sesuatu. Akan ada masa dimana semua materi yang kita kejar atau pun sebanyak materi yang kita miliki, semua itu akan hilang dan harus kita tinggalkan. Maka Allah berikan jalan terbaik yaitu jalan Islam. Di jalan ini kita bisa menjalani hidup tanpa takut dan cemas.
Akhirnya, Ust Weemar meminta, agar bahagia itu tidak menunggu punya ini atau itu (material). Tapi bagaimana itu adalah menjalani kehidupan tanpa kecemasan dan kegelisahan. Saksikan pengajian ini melalui.
**