Alaqshadelatinos.org – Analis politik Amerika membandingkan kekejaman Israel yang sedang berlangsung di Gaza dengan kejahatan perang Nazi selama Perang Dunia II.
“Seperti Nazi yang meratakan desa Lidice di Ceko, membunuh pria dan mengirim wanita serta anak-anaknya ke kamp konsentrasi … Israel tidak ragu untuk memberikan hukuman kolektif, dan Amerika Serikat tidak ragu-ragu untuk mendukungnya,” kata Dennis Etler, dilansir Press TV, Kamis(20/5).
Eskalasi yang menghancurkan dipicu awal bulan ini oleh pasukan rezim Israel yang memaksa keluarga Palestina mengosongkan rumah mereka di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur, diikuti oleh serangan kekerasan terhadap jamaah saat melaksanakan ibadah Ramadan di Masjid al-Aqsa.
Setelah gerakan perlawanan Palestina membalas, rezim pendudukan menembakkan rentetan rudal yang menargetkan daerah sipil di wilayah yang terkepung, termasuk gedung-gedung bertingkat yang menampung apartemen perumahan dan kantor media.
11 Anak Meninggal Diserang Roket Israel Saat Menjalani Program Trauma
Serangan terbaru menewaskan sedikitnya 11 anak di Gaza yang sedang menjalani program untuk membantu mereka mengatasi trauma.
Menyadur The Independent, Rabu (19/5) Dewan Pengungsi Norwegia menyebutkan 11 anak tersebut terbunuh di rumah mereka.
Total hingga kini lebih dari 60 anak telah tewas dalam serangan udara yang diluncurkan Israel baru-baru ini, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Dewan Pengungsi Norwegia mengatakan 11 dari mereka mengambil bagian dalam skema psiko-sosial membantu anak-anak sekolah di Jalur Gaza untuk mengatasi trauma. Mereka berusia antara lima dan 15 tahun, kata organisasi itu.
Salah satu anak itu adalah putri remaja Dr Ayman Abu al-Ouf, kepala departemen penyakit dalam dan respons Covid-19 di rumah sakit al-Shifa Gaza.
Ia meninggal bersama ayah dan saudara laki-lakinya yang berusia 17 tahun dalam serangan udara di Kota Gaza selama akhir pekan, menurut kelompok kemanusiaan tersebut.
“Kami sangat terpukul mengetahui bahwa 11 anak yang kami bantu dengan trauma dibombardir saat mereka di rumah dan mengira mereka aman,” kata Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia. (Indonesiainside.id)