Bagaimanakah rupa dzat Allah?
Sebesar apa Ars itu?
Pernah mendengar pertanyaan-pertanyaan semacam ini? Benar, ini adalah pertanyaan kritis dari hasil olah pemikiran manusia. Hasil pemikiran yang membatasi dzat Allah dalam lingkup atau semesta pemikiran manusia. Padahal dzat Allah tidak dapat ditakwil dalam lingkup pemikiran manusia.
Inilah pesan lugas yang disampaikan oleh Ustad Ahmad Taqiyyudin, Lc dalam Kajian Subuh Masjid Al-Aqsha deLatinos BSD pada Sabtu 1 Mei 2021. Kajian ini merupakan lanjutan dari seri kajian Kitab As Sirojul Wahhaj Bishahihil Minhaj: Hakekat Ma’rifatulloh menurut Ahlussunah dan Sekte yang Menyimpang.
Ustad juga berpesan agar manusia berhati-hati dalam menggunakan pikirannya. Terutama untuk perkara sulit seperti Dzat Allah.
Ustad Taqiyyudin mengungkapkan bahwa masalah Dzat Allah ini sangat pelik karena manusia tidak dibekali cukup ilmu untuk menakwilkan. Hanya saja disisi lain ustadz menyampaikan bahwa ada silang pendapat soal ini. Dan, silang pendapat ini bersifat klasik alias bermula dari masa lalu namun tetap berlangsung.
Lantas, bagaimanakah pènyikapan yang benar soal ini? Menurut ustad, sikap yang hati-hati adalah tidak terjebak dalam pikiran manusia. Diakui, hal ini sangat sulit.
Mengingat pikiran manusia akan selalu memunculkan bayangan saat mendengar atau membaca. Namun ini harus dihindari, sebab Dzat Allah lebih agung dan lebih suci dari pikiran manusia.
Penyikapan yang benar tentang Dzat Allah ini akan menghindarkan kita dari pemikiran-pemikiran menyimpang. Termasuk pemikiran untuk memaksa Allah. Karena tidak ada yang mewajibkan Allah kecuali Allah sendiri.
Memetik hadis mahsyur dari Al Bukhari no 2856 dan Hadis Muslim no 30 tentang hak Allah dan hamba maka disimpulkan bukan kewajiban Allah untuk memasukan seorang hamba ke surga karena amal sholehnya. Karena hakikatnya hamba itu masuk karena rahmat Allah. (*)