Wilson Tan menolak untuk mengungkapkan nama atau fotonya yang sebenarnya. Dia khawatir majikannya akan mengetahui bahwa dia hanya bisa tidur pada pukul 4.00 dini hari setiap hari akan dianggap tidak layak bekerja.
“Bos saya tidak fleksibel dengan jam kerja saya,” kata desainer grafis berusia 29 tahun itu tentang jam kerjanya mulai pukul 10.30 pagi. “Itu sebabnya saya pindah untuk tinggal di dekat kantor untuk mengurangi waktu tempuh,” tambahnya.
Tan tinggal di North Point, Hong Kong, dengan pasanganya yang biasanya tidur sekitar tengah malam. Sementara Tan terus bermain video game atau memproduksi musik, tulis South China Morning Post (SCMP).
“Itu adalah lingkaran yang tidak bisa saya hancurkan,” kata Tan, yang mengaku menderita insomnia sejak remaja.
Tidur sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental, dimana orang dewasa membutuhkan antara tujuh hingga sembilan jam per malam dan waktu yang lebih lama untuk bayi, anak-anak, dan remaja. Padahal, tidur siang atau yang disebut ‘power nap‘ juga baik untuk pikiran, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pekan lalu di jurnal General Psychiatry.
Powe nap adalah tidur siang yang dilakukan secara singkat, sekitar 20-30 menitan. Sebelum ada temuan ini, nabi Muhammad ﷺ telah mengajarkan qoilulah, tidur sebentar sebelum shalat Dzuhur.
Tekanan Mental
Sebuah survei terhadap lebih dari 2.000 lansia di China menemukan bahwa kinerja mental mereka yang tidur sebentar setelah makan siang lebih baik daripada mereka yang tidak. Meskipun berolahraga dan mengurangi penggunaan perangkat elektronik adalah beberapa cara yang dapat membantu seseorang tidur, beberapa orang juga menggunakan aplikasi seperti Sacred Acoustic,, yang direkomendasikan oleh Ahli Gizi dari Institute of Integrated Medicine, Lawrence Tredrea.
Bagi sebagian orang, musik dianggap pendamping tidur yang harus dimiliki. “Musik mengurangi stres dan membuat Anda merasa nyaman sehingga membantu mempengaruhi hormon dan agen saraf yang membantu meningkatkan kualitas tidur,” kata Tredea seperti dikutip oleh SCMP.
“Ada musik tertentu yang berfokus pada keduanya yang membantu bermeditasi dan memengaruhi gelombang otak.” Ia menambahkan, white noise juga dapat membantu menghilangkan suara latar yang mengganggu yang membuat seseorang sulit tidur.
Akibat insomnia, Tan mengatakan sulit baginya untuk fokus pada suatu pekerjaan. Ia bahkan merasa tertekan dan mengakui bahwa dia sering marah pada pasangan, teman, bahkan rekan kerjanya.
Dia khawatir kesehatannya akan terpengaruh.
Dalam sebuah studi tahun 2018 yang dilakukan pada 433.000 orang dewasa untuk meneliti hubungan antara kesehatan dan kebiasaan tidur malam hari, ditemukan bahwa mereka yang tidur larut dan bangun larut 10 persen lebih mungkin meninggal lebih awal daripada mereka yang bangun lebih awal di pagi hari.
‘Covid-somnia’
Tingkat insomnia di beberapa Negara meningkat sejak pandemi Covid-19. Wabah virus corona yang sedang berlangsung telah membuat istirahat malam yang nyenyak jauh lebih sulit. Beberapa ahli bahkan menemukan istilah untuk itu: ‘coronasomnia’ atau ‘Covid-somnia’.
Di Inggris, sebuah studi pada Agustus 2020 yang dilakukan Universitas Southampton menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengalami insomnia meningkat, yang sebelumnya satu dari enam orang, menjadi satu dari empat orang. Di China, tingkat insomnia naik dari 14,6% menjadi 20% selama puncak lockdown.
“Prevalensi yang mengkhawatirkan” insomnia klinis juga terjadi di Italia dan di Yunani, hampir 40% responden dalam sebuah penelitian di bulan Mei terbukti mengalami insomnia,” kutip BBC.
Akiat terus-menerus mengalami kesulitan tidur atau mengalami kualitas tidur yang buruk, menyebabkan dampak kesehatan jangka panjang termasuk obesitas, kecemasan, depresi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes.
Minggu lalu Universitas Hong Kong China (CUHK) dan Universitas Hong Kong mengungkapkan hasil penelitian yang menemukan bahwa proses menerangi cahaya terang pada individu yang memiliki delayed sleep phase disorder (DSPD) atau sering disebut ‘Burung Hantu Malam’ dapat mengurangi depresi dengan mengubah ritme sirkadian atau jam biologis mereka. Ini tidak hanya mempengaruhi tidur tetapi juga suasana hati, kinerja mental dan banyak fungsi fisiologis dan endokrin.
Tim peneliti merekrut 93 pasien penderita depresi, semuanya tidur sekitar pukul 2.00 pagi dan bangun pukul 10.00. Setengah dari pasien diterangi oleh cahaya terang yang meniru cahaya alami di luar saat mereka bangun, selama 30 menit setiap hari selama lima minggu.
Separuh pasien lainnya, dalam kelompok terkontrol, diterangi oleh cahaya redup dibandingkan dengan kelompok pertama. Lebih dari 60 persen pasien yang menjalani terapi cahaya terang menunjukkan peningkatan gejala yang signifikan.
Mereka juga merespons pengobatan mereka dengan lebih baik. Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Psychological Medicine, menurut SCMP.
Musik Religi atau Tilawah?
Sebelumnya, sebuah penelitian dilakukan oleh Etik Dwi Wulandari dan Nita Trimulyaningsih dari Fakultan Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Mereka meneliti dua mahasiswa yang terdiagnosis insomnia dengan teknin purposive sampling.
Terapi dilakukan dengan cara mendengarkan murratal Al-Quran selama dua kali dalam delapan hari, yaitu pada setiap malamnya, dari total 16 hari waktu yang dibutuhkan. Dalam riset berjudul Mendengarkan Murattal Al-Quran untuk Menurunkan Tingkat Insomnia ini menemukan hasil yang cukup menarik. Ternyata semakin banyak mendengarkan murrottal, insomnianya justru semakin menurun.
“Semakin lama mendengarkan murattal Al-Quran semakin menurunkan skor rata-rata insomnia, “ sebagaimana dikutip di laman journal.uii.ac.id.
Penelitian senada juga dilakukan Fakultan Kedokteran Universitas Islam Badung (Unisba). Ahda Febiyanti, Undang Komarudin, dan Mirasari Putri melakukan riset tentang kualitas tidur para lansia.
Mereka meneliti pengaruh bacaan Surat Ar-Rahman terhadap kualitas tidur lansia yang tinggal di Puskesmas Tresna Werdha Bandung selama Mei hingga Juni 2017. Setiap responden diberikan perlakuan untuk mendengarkan murattal Al-Quran Surah Ar-Rahman ayat 1-78 yang dibawakan oleh Ahmad Saud setiap hari sebelum tidur malam dengan durasi 9 jam selama 2 minggu berturut-turut. Analisis statistik menggunakan program Stata versi 11.0 pada derajat kepercayaan 95%.
Dari 156 subyek yang diteliti, menunjukkan terdapat perbedaan skor rata-rata yang signifikan secara statistik antara skor pre-test (1,98) dan post-test (1,77), (p = 0,00 <0,05). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bacaan Surat Ar-Rahman terhadap kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Bandung tersebut, yang sebelumnya memiliki insomnia cukup parah.
Meski tim mengusulkan ada penelitian lebih lanjut tentang mekanisme murattal dalam meningkatkan kualitas tidur lansia, bagaimanapun bacaan murattal sangat bermanfaat untuk membantu kualitas tidur. Peneliti mengatakan, mendengarkan murattal Al-Quran walaupun hanya satu kali juga dapat menstimulasi gelombang delta dari otak yang menggambarkan kondisi seseorang dalam keadaan relaksasi.
Nah, yang tidak kalah penting, meski semua terapi bisa mempengaruhi lebih baik, tapi Al-Quran jauh lebih banyak memiliki keistimewaan dibanding jenis0jenis terapi yang telah diulas tadi. Bagaimanapun, mendengarnya saja sudah mendapatkan rahmat, apalagi membaca dan mengamalkannya. “Apabila dibacakan Al-Quran, perhatikanlah dan diamlah, maka kalian akan mendapatkan rahmat.” (QS: al-A’raf: 204). (Hidcom)