Ustaz Abdul Somad (UAS) mengungkapkan lima tantangan dan strategi dakwah di era digital, dalam tabligh akbar Masjid Al-Aqsha De Latinos, BSD, Tangerang Selatan secara daring. Menurutnya strategi perlu diubah karena perubahan yang signifikan terjadi sejak seratus tahun ke belakang.
“Dalam sejarah Nabi Ibrahim AS, Musa AS, Isa AS, dan Muhammad SAW, perubahan dakwah tidak terlalu jauh, sama-sama direct, langsung. Tidak ada loncatan luar biasa. Namun seratus tahun belakang, teknologi, transportasi melejit. Bahkan komunikasi luar biasa berkembang dalam 20 tahun belakangan,” kata UAS, Senin (8/2).
Dia mengatakan jika kemajuan teknologi bagai pisau bermata dua. Bisa untuk kemaslahatan umat namun bisa juga menjadi bumerang. Untuk itu dia menjelaskan strategi berdakwah di era digital sekarang ini.
“Pertama yaitu manajemen waktu. Tantangannya kita hapir tidak punya waktu untuk diri sendiri, dari bangun tidur sampai mau tidur lihat handphone. Kita harus punya manajemen waktu yang tepat, gunakan handphone secara cerdas,” ujarnya.
UAS mengatakan jika handphone yang dimiliki harus bermanfaat. Jika lebih banyak membawa mudarat maka sebaiknya mengevaluasi diri. Karena apapun yang dimiliki akan dipertanggung jawabkan di dunia dan akhirat.
“Coba hitung berapa kali kita membuka handphone dan berapa kali kita membuka alquran dan shalawat. Alhamdulillah sekarang ada aplikasi di handphone, tapi tidak banyak yang menggunakan. Mengapa waktu cepat berlaku, karena waktu kita dihabiskan oleh media sosial, televisi dll,” jelas UAS.
Strategi yang kedua yaitu memanfaatkan media yang ada. UAS mengibaratkan jika saat ini media mampu menembus ruang dan waktu, sehingga harus memanfaatkannya untuk menimba ilmu.
“Kita berada di kampung yang kecil, tidak ada sekat lagi. Kita bisa berkomunikasi dan mengakses berita dari manapun. Bagaimana manfaatkan tontonan jadi tuntunan. Coba infentarisir, sebagai contoh kalau mau belajar agama buka channel Buya Yahya, belajar manajemen kalbu buka channel Aa Gym, kajian alquran dan hadis buka Ustaz Adi Hidayat. Kita harus punya siasat agar tidak lepas dari ilmu pengetahuan tentang Islam,” paparnya.
Selain itu, kata UAS, saat ini manusia sudah tidak bertemu atau bertatap muka saat kajian. Untuk itu strategi yang ketiga yaitu membuat jamaah atau kelompok di media sosial dan media komunikasi. Masa pandemi Covid-19 jangan menjadi alas an untu menyebarkan kebaikan.
“Dulu nabi dikelilingi sahabat dan bisa melihat dan mendengarkan apa yang dikatakan nabi. Dulu orang punya kajian, sekarang kita tidak ketemu orang, maka kita harus ada grup jamaah,” kata dia.
“Buat akun instargam, grup facebook, grup WA sebarkan kebaikan. Kalau kehadiran bisa merubah orang atau merubah kita jauh lebih baik maka lanjutkan, jika bertambah dosa maka tinggalkan. Bertemu dengan baik, dengan orang baik,” imbuhnya.
Mantan dosen UIN tersebut juga menjelaskan, jika nabi diutus sesuai dengan keadaan zaman. Nabi Musa AS hadir dikala manusia mahir menggunakan ilmu sihir, maka Allah SWT memberikan mukjizat seperti sihir. Nabi Isa AS hebat akan pengobatannya hingga bisa mengobati orang lumpuh hingga buta.
“Nabi Muhammad SAW diturunkan Alquran sebagai pedoman manusia di akhir zaman. Sekarang zaman teknologi . Bagaiman a strategi menjadikan teknologi sebagi dakwah. Mengajak kebaikan nggak harus doktor, siapapun bisa. Namun untukmengajarkan hukum Islam harus orang berilmu,” ujar UAS.
Untuk itu, strategi yang keempat adalah menggunakan teknologi sebagai sarana dakwah sesuai perkembangan zaman. Karena, kata UAS, ajakan bisa melalui apa saja. Teknologi harus jadikan sarana dakwah, namun itu bukan tujuan.
Terakhir strategi dalam berdakwah yaitu di era milenial harus mempunyai pengetahuan karena jika tidak mempunyai hal tersebut akan mudah terkena tiup daya. Uas menyontohkan tentang bagaimana orang tua ditipu anaknya karena tidak paham teknologi.
“Jika orang tua yang tidak punya ilmu akan dikadalin anaknya. Berapa banyak orang tua yang dikerjain anaknya, tiba-tiba ada tagihan dari belanja online dll. Jadi musti kursus (belajar). Tidak ada salahnya masjid buat kursus orangtua mengerti teknologi,” jelasnya.
Dia menceritakan, dahulu orang tua cukup memagari rumah, untuk menghentikan tamu tak diundang. Namun sekarang tamu tersebut bisa masuk ke kamar melalui teknologi. (msh)