Jam dinding menunjukkan pukul 08.15, 2 pria dan 2 wanita masuk ke ruang utama masjid yang cukup asri. Sebelum duduk, mereka mengambil meja lipat kecil serta buku Iqra’ di rak lemari.
Selang 5 menit, seorang pria muda berkopiah menyusul masuk, kemudian duduk di hadapan keempat mualaf tersebut. Setelah mengucap basmallah dan salam, ia bergegas membuka kelas belajar iqra’ pada pagi itu.
Ahad pekan ke-2, pada Desember 2019 lalu adalah jadwal pengajian khusus bagi mualaf. Pembinaan mualaf ini salah satu program Masjid al-Aqsha DeLatinos, BSD, Serpong, Tangerang Selatan. Masjid yang dibangun sejak tahun 2010 di atas lahan seluas 5.000 meter persegi ini, ada di dalam cluster DeLatinos sebuah perumahan dan dikenal memiliki banyak program.
Kajian dan Shalat, Ramai Jamaah
Ketua DKM Al Aqsha Delatinos tahun 2018-2020, Dasep Suryanto mengatakan, jadwal program kajian berjalan hampir setiap pekan, baik untuk anak-anak, bapak-bapak, atau ibu-ibu.
Kajian untuk bapak-bapak setiap ba’da Shubuh pada Sabtu, Ahad, serta hari libur. Sedangkan untuk ibu-ibu, setiap Senin dan Kamis. “Pakai Kitab Bulughul Maram,” katanya.
Sementara, jadwal kajian untuk anak-anak dan remaja, setiap sebulan sekali. Di luar itu, ada Taman Pendidikan al-Quran (TPA) selepas Ashar dan Maghrib. Lalu, ada kajian tafsir al-Quran setiap Jum’at sore. Takmir juga mengadakan pengajian bagi khadimat (pembantu rumah tangga) serta tukang sapu di lingkungan cluster.
Selain pekanan, takmir juga menyelenggarakan pengajian bulanan seperti tabligh akbar. Biasanya mengundang ustadz ternama sesuai dengan tema yang dibahas. “Waktunya sebulan sampai 2 bulan sekali,” jelas Dasep.
Selain padatnya jadwal kajian, jamaah shalat fardhu Masjid al-Aqsha juga ramai. Apalagi waktu Shubuh dan Isya’. “Kalau Subuh bisa mencapai 5 shaf, jumlahnya sekitar 250 orang,” ujarnya, kepada Suara Hidayatullah, Desember lalu.
Kenapa jamaah shalat Subuh dan Isya’ bisa ramai? Dasep menjelaskan, penghuni Cluster DeLatinos hampir semua orang kantoran dan pengusaha, yang berangkat pagi dan pulang sampai rumah menjelang Isya’. “Untuk shalat Ashar, Dzuhur, dan Maghrib juga penuh,” katanya menambahkan.
Dasep mengatakan, takmir sengaja menghadirkan imam pilihan yang mempunyai bacaan merdu serta hafal al-Qur’an. Sebelum memilih imam, takmir menyeleksi hafalan serta bacaannya terlebih dahulu.
Hingga kini, Masjid al-Aqsha memiliki 5 imam tetap, 4 imam merupakan lulusan perguruan tinggi Islam di Jakarta dan 1 lagi lulusan dari Yaman.
Bahkan, agar jamaah merasa khusyu dan ingin kembali shalat berjamaah di Masjid al-Aqsha, takmir pun membuat jadwal, selama 3 hari dalam sepekan yang menjadi imam Shalat Shubuh, Maghrib, dan Isya’ adalah imam dari Timur Tengah tersebut.
Selain itu, surat yang dibaca pada shalat jahr berbeda-beda dan dengan ayat-ayat yang panjang. Sehingga dalam 3 bulan, bacaan al-Quran sang imam bisa khatam 30 juz al-Qur’an.
Program Kesejahteraan Umat
Tak kalah menarik adalah program kegiatan sosial dan ekonomi umat di Masjid al-Aqsha. Menurut Dasep, bentuknya sangat beragam. Mulai dari program pekanan, bulanan sampai tahunan.
Ia mengatakan, program bulanan bersifat konsumtif. Pengeluarannya mencapai sekitar 20 jutaan. Dananya bersumber dari zakat, infak, serta sedekah penghuni cluster. “Uang itu kita berikan kepada 8 Asnaf, dengan jumlah penerima 27 orang yatim dan dhuafa,” terang pria berusia 48 tahun ini.
Pembagiaan uang tersebut di antaranya untuk beasiswa anak-anak setingkat SD sampai SMA. Anak-anak ini, kata Dasep, merupakan warga kampung yang tinggal di luar perumahan. Selain beasiswa, juga ada santunan untuk beberapa mualaf binaan dan kalangan jompo. Setiap ba’da Shalat Jum’at, takmir juga membagikan 300 boks nasi secara gratis kepada jamaah.
Kemudian, ada juga program umroh gratis bagi khadimat serta tukang sapu yang bekerja di dalam cluster. “Setiap tahun kita berikan umrah gratis,” ucapnya.
Sedangkan yang bersifat produktif seperti pinjaman modal kepada pedagang kecil Muslim di sekitar cluster. “Intinya kita ingin mengubah para mustahik agar mau berusaha menjadi muzaki. Mereka juga tidak lagi meminjam kepada bank keliling atau rentenir. Ini untuk mengikis praktik riba,” kata Dasep.
Jumlah binaan Masjid al-Aqsha yang menerima pinjaman tanpa bunga sekitar 120 orang. Pinjaman mulai 2 juta sampai 10 juta. “Kegiatan itu diberi nama Madrasah Bisnis al-Aqsha (MBA),” bebernya.
Masjid al-Aqsha juga memiliki klinik gratis. Klinik ini digagas penghuni cluster yang berprofesi sebagai dokter. Tujuannya untuk memberikan manfaat warga di sekitar cluster. “Puluhan warga setiap hari datang berobat, tanpa dipungut biaya,” imbuh Dasep.
Sedangkan untuk program sosial tahunan, Dasep menyebut salah satunya, yaitu khitanan massal. Biasanya dilakukan setiap akhir tahun dengan peserta 100 anak. Donasi kemanusiaan juga rutin digalakkan seperti donasi Palestina dan pemberian bantuan kepada pondok pesantren.
Selain gencar dalam program sosial, takmir juga ikut membangun perekonomian umat dengan membuka minimarket. Namanya, Aqsha Mart. Pemodalnya adalah jamaah masjid. Menariknya, omset yang diraih tiap bulan mencapai ratusan juta.
“Beberapa persennya kita sisihkan untuk membantu yatim, dhuafa, dan program kemanusian lainnya,” ungkapnya.
Takmir membuat grup Whastapp sebagai wadah silaturahim, saling mengingatkan untuk selalu beribadah dan info program masjid terkini. “Di grup itu pengurus dan anggota saling mengingatkan untuk memakmurkan masjid,” jelas Dasep.
Demi menjalin persatuan umat islam, takmir tidak pernah mengkhususkan pada satu kelompok tertentu. “Selama pakai al-Qur’an dan Hadist dan tidak melenceng, kita rangkul mereka. Kita ingin merangkul jamaah sebanyak-banyaknya,” ujarnya.
Tahun 2020 ini, takmir berencana akan melakukan perluasan lahan, karena ingin mendirikan Rumah Tahfidz. “Doakan saja, In-syaAllah,” pungkas dosen perguruan tinggi di Sumatera Barat ini. (Hidcom)