Sabar adalah kata yang mudah diucapkan. Namun sejatinya kesabaran itu berat, sakit, bahkan pahit. Perlu pengorbanan yang luar biasa untuk meraihnya. Meskipun begitu, bukan berarti kesabaran akan sia-sia. Hanya mereka yang tetap berpegang erat pada sabar balasannya surga. Ungkapan Syech Ali Jaber ini sungguh sederhana namun dalam maknanya, karena untuk meraihnya butuh banyak hal, sementara kita biasanya selalu punya batas sabar.
Sama dengan haji mabrur, tidak ada balasannya selain surga. Begitu juga dengan sabar, tidak ada balasannya selain surga. Bahkan sabar itu tidak ada ukuran batasnya, karena pahalanya pun tidak dibatasi. Sungguh luar biasa, sampai ada kata-kata yang mengungkapkan batas sabar adalah hanya satu; surga. Yang membuat kita mampu sabar adalah kesadaran bahwa ujian yang kita hadapi tidak lebih parah dari apa yang kita hadapi. Artinya, selalu ada cara, selalu ada tempat di hati kita untuk meraih kesabaran itu.
Maka jika diuji dengan kesabaran, maka ingatlah kunci ini, agar kita mampu melewati nya. “Allah akan membalas setiap kesabaran.” Dengan mengingat janji Allah, insyaAllah kita mampu menghadapi ujian.
Ujian yang kita hadapi adalah takdir, tidak ada bala’ atau ujian yang Allah turunkan jika tidak karena dosa dan maksiat kita. Dan Allah akan mengangkat ujian itu dengan satu jalan amalan, yaitu tobat.
Kita ini tetap perlu bertahan pada ujian yang diberikan Allah, agar bisa tetap bertahan dengan baik, maka ada lima poin yang harus terus menerus kita jaga ; Sabar, Ikhlas, Pahala, Ridha Allah serta takdir. Yang mendorong kita sabar selama ini ternyata, kenikmatan yang kita dapat tidak membuat kita cukup bersyukur. Begitu kenikmatan itu hilang, kita menjadi gelisah. Dan jangan-jangan karena kurang syukur pula maka Allah datangkan ujian. Maka bersyukur itu penting untuk selalu diupayakan. Jangan sampai kufur nikmat.
Ada orang yang berpendapat pandemi sekarang ini adalah azab Allah. Padahal bukan azab. Ini perbedaan bala (ujian) dan azab. Bala atau ujian, orang yang baik bisa terkena, orang yang buruk juga bisa kena, orang sholeh bisa kena, ulama bisa kena kena. Namun begitu ada satu hal cirinya, saat bala atau ujian menerpa kita semua, masih ada ummat manusia tersisa, tidak bakal habis semua.
Sedangkan azab adalah hukuman kepada orang yang tidak beriman. Dan kalau azab, tidak ada yang tersisa, semua musnah. Allah sudah banyak contohkan, salah satunya adalah musnahnya Fir’aun, tidak ada yang tersisa.
Lalu mengapa kita tidak diazab? Walaupun perilaku kita lebih buruk dari umat zaman terdahulu? Semua ini berkat Nabi Muhammad SAW yang berdoa kepada Allah ; “Ya Allah, jangan binasakan umatku”, Tetapi setelah Nabi wafat, istigfar kita yang menyelamatkan kita dari azab Allah.
Dengan kejadian pandemi ini, semoga ada hikmah dibaliknya. Kita harus lebih dekat lagi kepada Allah dan jangan lupa selalu bersyukur, agar Allah karuniakan nikmat ibadah kepada kita.**