Memahami parenting (cara mengasuh anak) menjadi amat penting. Orang tua yang peduli kepada keluarga, pasti akan mencari, bagaimana caranya dan memahami semua sisinya. Soal ini dikupas habis oleh Ust Faris BQ dan Ust Bendri Jaisyurahman dalam sebuah kajian “Parenting 4.0, Orang Tua Millenial yang Sukses.”
Kajian online yang dihadirkan oleh Ummahat Al Aqsha Delatinos ini menyedot banyak perhatian, maklum dua Ustad tersebut memang punya ciri tersendiri. Ust Bendri yang baru saja meluncurkan buku yang berjudul Fatherman, serta Ust Faris BQ, sudah tak asing dikalangan ummahat (ibu-ibu), maka wajar jika kajiannya selalu ditunggu. Belum lama dibuka, zoom langsung terisi, sehingga yang lain harus masuk lewat ‘pintu’ you tube.
Ust Faris BQ yang menjadi pembicara pertama menekankan pentingnya tiap kita belajar soal parenting. “Memahami kaidah parenting ini penting, skill mendidik anak sampai jadi sholeh sangat dibutuhkan oleh orang tua.” Terang Ust Faris BQ membuka kajian. Ia kemudian melanjutkan, anak sholeh adalah investasi yang sangat bernilai dan tidak akan pernah merugi. Seperti yang disebutkan Rasulullah. “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim).
Betapa banyak kita lihat realita kehidupan, bahwa sesukses apapun orang tua dalam karir dan usahanya, mereka tak akan akan pernah merasakan kebahagiaan jika anak tidak sesuai dengan harapannya. Misalnya jika anaknya durhaka, atau berakhlak buruk. Maka orang tua tidak menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. Dan harta dan hidupnya tak berarti apa-apa.
Ust Faris BQ memberikan kunci untuk penting dalam mendidik anak: Pertama, Memilihkan jodoh yang baik bagi anak. Memilihkan jodoh yang baik ini indikatornya jelas. Memiliki agama yang baik, dan akhlaknya juga baik.
Kedua, Orang tua harus selalu berdoa untuk anak, karena do’a adalah senjata umat muslim. Seperti Nabi Ibrahim yang senantiasa berdoa untuk anak keturunannya. Jika Nabi Ibrahim saja memilih jalan seperti itu, maka kita wajib meniru. Bahkan lebih banyak berdoa agar diberi keturunan yang sholih.
Ketiga, Memberi contoh dengan bertaqwa. Kekhawatiran orang tua adalah memiliki generasi yang lemah. Baik lemah iman maupun lemah fisik serta mental. Untuk mencegahnya, orang tua harus menjadi patron soal taqwa ini. Allah berfirman dalam QS An Nisa:9, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.
Dari ayat ini kita mengerti, bahwa bekal ketaqwaan orang tua menjadi jalan penjagaan Allah kepada anak keturunan kita kelak.
Keempat, Memberikan keteladanan kepada anak.Teladan yang baik jauh lebih mujarab daripada sekedar kata-kata. Zaman saat ini, menjadi teladan bukan hal yang mudah, namun anak tahu dan bisa membedakan antara sekadar omongan atau contoh. Dan, memberi teladan yang baik, jauh lebih efektif dari pada hanya kata-kata saja.
Kelima, Ihtirom atau menghormati anak. Sebagai orang tua, jangan sampai selalu menuntut hormat dari anak. Namun orang tua tidak pernah menaruh hormat pada anak. Bagaimana sih menghormati anak itu? Rasulullah dengan sangat indah memberi contoh, beliau meminta izin pada seorang anak saat akan menyerahkan air minum yang narasinya digambarkan dalam hadist berikut:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dihidangkan minuman. Lalu beliau pun meminumnya. Di sebelah kanan beliau ada seorang anak kecil dan di sebelah kiri beliau ada sekumpulan orang-orang tua. Lalu beliau bertanya kepada anak kecil tersebut, “Apakah Engkau mengizinkanku untuk memberikan sisa minumku ini kepada mereka yang di sana (para orang tua)?” Anak kecil tersebut menjawab, “Tidak, demi Allah. Aku tidak akan mendahulukan mereka atas sisa minumanmu yang sudah menjadi bagianku.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun meletakkan minuman tersebut ke tangan si anak” (Hr. Muslim dan Bukhari).
Sungguh contoh nyata, bagaimana Rasulullah mendidik kita sebagai orang tua untuk memenuhi rasa hormat anak. Dan menurut Ust Faris BQ, dalam Islam, penghormatan kepada anak sudah dipraktekkan dari mulai anak lahir, yaitu dengan memberikan nama yang baik, mengadakan aqiqah yang juga sebagai bentuk syukur kepada Allah.
Sungguh, kata ust Fariq BQ, untuk itu semua memang tidak mudah. Karena orang tua juga harus selalu belajar dalam teknik mendidikan anak. Selain itu juga harus memberikan kasih sayang kepada anak dengan tulus. Jangan pernah membelokkan kasih sayang, karena begitu sayang kita tidak tulus, hati anak akan merasakan perbedaan.
Lalu apa ukuran kesuksesan orang tua dalam mendidik anak? “Indikator kesuksesan orang tua mendidik anak terbagi menjadi dua,” kata Ust Faris BQ. “Indikator minimalis, yaitu ketika ortu sukses mendidik anak menjadi pribadi yang takut kepada Allah, tidak nerani melanggar syariah agama,” terangnya. Lalu ada indikator maksimal, Apa itu? “Ketika ortu sukses mendidik anak yang dapat melanjutkan kebaikan hingga ke generasi setelahnya. “ katanya.
Ustad yang juga dikenal karena kajian sirohnya yang sangat detil ini mengatakan, bahwa orang tua, belumlah dikatakan sukses walaupun anaknya cumlaude, atau sukses dalam pekerjaanya, tetapi anaknya melanggar syariat Allah serta tidak takut berbuat dosa. ”Sejatinya orang tua tersebut adalah ortu yang telah gagal dalam mendidik anak.” Tandasnya.
Bagi orang tua, yang perlu disadari adalah tidak ada kata terlambat mendidik anak. Karena setiap orang baik memiliki masa lalu. Dan setiap orang jahat memiliki masa depan. “ Teruslah doakan anak. Karena yang memegang hati anak adalah Allah. Yang memberi hidayah pada anak adalah Allah. Lantas sabarlah dalam upaya mendidik mereka dan selalu arahkan anak pada kebaikan.” Pungkas Ust Faris BQ membesarkan hati.
(Bersambung. Ikuti kolom Ummahat berikutnya : Keahlian apa yang harus dimiliki ayah dan ibu, untuk mendidik anak?)