Namanya belum begitu saya kenal sebelumnya, namun saat Kabar Al Aqsha menghadirkanya secara online untuk membahas soal potret memotret saya pun mulai mencari. Tinggal masukan ‘Mamuk Ismuntoro’ pada mesin pencarian, maka sesaat akan tampil; Fotografer Dokumenter, Fotojurnalistik, Dosen, Pengajar Fotojurnalistik, PannaFoto Institute, Direktur Matanesia .., dan sederetan predikat lain, capaian, nama media dan komunitas seputar dunia jepret-menjepret.
Dengan kegiatan yang begitu sibuk, bisa ngobrol bareng dengan seorang Mamuk adalah sesuatu banget. Terutama bagi jamaah di lingkungan Masjid Al-Aqsha Delatinos, wabil khusus yang senang potret memotret. Bincang-bincang online dengan calon contributor, dan pembaca Kabar Al-Aqsha, dalam serial Smartphone Photografi dengan dengan tajuk “Memanfaatkan kamera HP secanggih kamera DSLR”, Sabtu, 28/11 lalu seperti sesuatu yang tiba-tiba memecah keheningan.
Membuka obrolannya bagaimana melihat secara fotografis, Mamuk bercerita ringkas seputar menggunakan kamera HP agar berfungsi maksimal. Salah satu rahasia yang ia bocorkan ialah, agar setiap orang benar-benar mengenali dan menguasai karakter dan fitur-fitur yang tersedia pada HP nya.
“Sekarang semua orang memegang HP. Tapi tidak semua orang mau dan mampu mengenali HP nya dengan baik,” ucapnya lantas menjelaskan betapa pentingnya mengetahui dan menguasai detail HP yang dimiliki, khususnya dalam penggunaan fitur kamera. Maka tips pertama dari Mamuk adalah : ‘Kenali kekuatan dan kelemahan perangkat.’
Dalam waktu relatif singkat Mamuk berhasil ‘mematahkan’ persepsi yang selama ini ada di benak mayoritas peserta, bahwa menghasilkan foto berkualitas itu butuh kamera canggih sekelas DSLR.
Ternyata tidak selalu begitu. “Semua contoh yang akan saya tampilkan dalam presentasi ini adalah hasil kamera HP”, Mamuk yang kemudian mengendalikan presentasi itu meyakinkan peserta obrolan, sebelum ia lanjut dengan beberapa contoh hasil karyanya. Ia lalu bercerita panjang lebar soal pencahayaan, menyiasati dan bagaimana menjadikannya sebuah kekuatan.
Benar saja, sesaat kemudian, “woooww, Masya Allah..” yang menyimak bareng melalui layar lebar masjid terperangah kagum, ketika Mamuk menampilkan sebuah foto, yang rasanya sulit dipercaya bagi awam, bahwa foto itu adalah hasil kamera HP.
Ia kemudian memperlihatkan sebuah foto orang shalat yang dia ambil dari samping. “Fokusnya disini ya,” katanya sambil menunjuk jendela yang diguyur cahaya. Alhasil, dua orang shalat itu membentuk siluet indah.
“Kalau mau motret makanan biar bagus, gunakan cahaya alami,” kata Mamuk sambil mencontohkan karya foto lainnya. Selain itu, perhatikan sudut pengambilan gambar. Mamuk menjelaskan dengan detil.
Dan tetap dengan gaya santainya, beliau bercerita hal-ihwal foto itu, baik sisi objek dan suasana maupun aspek pencahayaan sampai tips dan triks agar hasilnya sesuai bahkan melebihi yang diinginkan. Salah satu yang trik yang dia ajarkan adalah ‘menjebak obyek foto’. “Foto itu sudah jadi dan ada di kepala kita sebelum kita memotretnya, sehingga kita tinggal menunggu obyek saja.” Tambahnya.
Hingga waktu yang terus melaju, Mamuk menghabiskan slide demi slide obrolannya, dengan sejumlah contoh serta tips dan triks. Meski menurutnya masih dalam tingkat sederhana secara teknik, namun bisa menghasilkan gambar yang lebih baik dan berkualitas.
Ngobrol dengan orang-orang hebat itu memang selalu mengasyikkan, dan pastinya mencerahkan. Dan yang penting lagi, tidak harus selalu di forum serius atau dalam format resmi semacam seminar atau kuliah umum. Ngobrol ringan sambil santai kadang lebih efektif. Hal ini semakin terasa ketika masuk sesi tanya jawab.
Satu persatu pertanyaan yang masuk langsung direspon Mamuk dengan jelas dan lugas. Antusias peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan, yang juga membuat Mamuk semakin antusias memberikan penjelasan.
Satu quote yang menggelitik tapi sangat menarik adalah, “Saya nyaris…, hampir tidak pernah menggunakan flash light di HP. Setahun sekali juga ggak rasanya. Kecuali mungkin kalo pas nyari coin saya hilang dalam kegelapan,…” kata Mamuk yang lantas menerbitkan tawa dan senyum peserta.
Beberapa peserta yang kecewa karena tidak bisa masuk dengan lancar dalam zoom. Diakui panitia bahwa kesulitan itu karena untuk masuk harus masuk dulu ke ruang tunggu dahulu. Panitia mengira begitu acara berlangsung sudah tidak ada lagi yang masuk, namun ternyata masih banyak antian.
Sungguh obrolan seru, menarik dan mencerahkan. Ditunggu obrolan berikutnya…, kembali bersama Mamuk Ismuntoro, sang maestro photografi. Acara yang berlangsung gayeng itu diikuti secara online, dan beberapa menggelar nonton bareng di masjid.
Mamuk Ismuntoro insyaAllah akan hadir kembali hari sabtu tanggal 13 Desember 2020. Masih dalam perbincangan tentang memanfaatkan HP setara kamera canggih beserta tip dan trik-nya.