Pernah tidak, kita merasakan dan mengalami rezeki seret? Rasa-rasanya hidup ini kok begini aja, tidak ada perubahan rezeki. Padahal harga sembako tiap waktu melambung tinggi, BBM tidak pernah turun, belum biaya makan sehari-hari, belum biaya pendidikan si buah hati. Terlebih di saat pandemi seperti ini.
Banyak karyawan di PHK karena perusahaan sudah tak sanggup menggaji karyawannya. Uang seolah-olah tidak ada nilainya.
Bisa jadi kita merasa, kita-lah yang hidupnya paling susah di dunia ini. Padahal kenyataannya, di sana lebih banyak lagi orang yang kehidupannya lebih susah dari kehidupan kita. Sebagian kita para suami, selalu risau, ”Dari mana aku akan mendapatkan rezeki untuk menghidupi diri dan keluargaku besok? Bagaimana aku nanti bisa mencari penghidupan?” bagi yang belum nikah, darimana saya mendapatkan tambahan rezeki untuk modal nikah?
Lalu apa makna rezeki? ”Rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia. Rezeki itu ada dua macam, yaitu rezeki yang bermanfaat untuk badan dan rezeki yang bermanfaat untuk agama. Rezeki yang bermanfaat untuk badan seperti makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kendaraan dan yang sejenisnya. Adapun rezeki yang bermanfaat untuk agama, yaitu ilmu dan iman.” (Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hal.101-102).
Banyak diantara kita yang risau dengan rezeki jenis pertama. Kita gelisah ketika kita tidak punya rezeki untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan. Kita senantiasa memikirkan setiap waktu dan setiap saat, bagaimana kita bisa mendapat rezeki tambahan. Dari manapun yang penting halal untuk menutupi kebutuhan.
Sebaliknya kita tidak pernah risau dengan rezeki jenis ke dua. Ketika hati kita kosong dari ilmu agama, kita santai-santai saja. Ketika iman kita nge-drop atau bahkan futur, tidak ada sama sekali kekhawatiran di dalam dada.
Ketika amal ketaatan kita sedikit, kita cuek saja. Ketika kita semakin terbuai dengan maksiat, semuanya terasa happy-happy saja. Seolah-olah semuanya baik-baik saja, padahal bisa jadi iman kita sedang berada di pinggir jurang.
Jika memang yang menjadi kegelisahan kita adalah rezeki jenis pertama, yaitu rezeki yang bermanfaat untuk badan, maka perlu kita ketahui bahwa Allah-lah yang akan memberikan rezeki itu semuanya kepada kita.
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ قُلِ ٱللَّهُ ۖ وَإِنَّآ أَوْ إِيَّاكُمْ لَعَلَىٰ هُدًى أَوْ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Allah Berfirman: ”Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?’ Katakanlah, ’Allah’.” (QS: Saba’ [34]: 24)
قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Dalam Surat yang lain Allah Berfirman: ”Katakanlah, ’Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka semuanya akan menjawab, ’Allah’.” (QS: Yunus [10]: 31).
Rasulullah SAW bersabda; ”Kemudian diutuslah Malaikat kepadanya (janin, pent.). Malaikat itu meniupkan ruh kepadanya dan diperintahkan untuk menuliskan empat kalimat (ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah baginya), yaitu: (1) rezeki, (2) ajal, (3) amal perbuatan dan (4) (apakah nantinya dia termasuk) orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang berbahagia (masuk Surga).” (HR. Muslim no. 6893).
Rezeki telah Tertakar
وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS: Huud: 6).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Allah ta’ala mengabarkan bahwasanya Dia Yang menjamin akan rezeki seluruh makhluk, dari seluruh binatang melata di bumi, besar kecil dan daratan atau lautannya.” (Lihat kitab Tafsir Al Quran Al Azhim, pada ayat di atas). Syaikh As Sa’dy rahimahullah berkata, “Maksudnya adalah seluruh yang berjalan di atas muka bumi baik dari manusia atau hewan darat atau laut, maka Allah Ta’ala telah menjamin rezeki dan makanan mereka, semuanya ditanggung Allah.” (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam ayat di atas).
Oleh karenanya, tidak akan pernah si A mengambil dan mendapatkan rezeki kecuali yang sudah ditakdirkan untuknya. Tidak akan pernah mungkin si A mengambil rezeki yang telah di tetapkan dalam takdir Allah untuk si B.
Rezeki tak akan Tertukar
Al Baihaqi meriwayatkan dengan sanadnya sampai kepada Muhammad bin Abi Abdan beliau berkata: “Hatim Al Asham pernah bertanya: “Atas apa kamu membangun perkaramu ini adalah merupakan sikap tawakkal?“ Beliau berkata, “Di atas empat perkara: “Aku telah mengetahuI bahwa rezekiku tidak ada yang akan memakannya selainku, maka aku tidak memperhatikannya, aku telah mengetahui bahwa ilmuku tidak ada yang akan mengamalkannya selainku maka aku sibuk dengannya, aku telah mengetahui bajwa kematian akan mendatangiku secara tiba-tiba maka aku bersegera (mengambil bekal) dan aku telah mengetahui bahwa aku senantiasa dalam penglihatan Allah setiap saat, maka aku malu dari-Nya.” (Atsar riwayat Al Baihaqi).
Seberat apapun dalam mengais rezeki saat ini, untuk diri dan keluarga kita, maka sebenarnya Allah sudah menjatah rezeki seseorang dalam kesehariannya. Maka situasi pandemi seperti ini, jangan berkecil hati. Lantaran kita tak bisa menambah kepulan dapur rumah kita, tetapi berkecil hatilah, jika bertambahnya kepulan dapur tak menambah kepulan semangat kita untuk segera menyeru seruan Allah. Oleh karena itu, Kejarlah rezeki karena berkahnya bukan jumlahnya! (Hidcom)