Beberapa tahun lalu saat usaha masih bersahabat dengan riba, toko memang kelihatan penuh barang, stock melimpah, mentereng dan punya rasa percaya diri tinggi menghadapi customer baik untuk retail maupun mengerjakan proyek.
Tapi ada satu yang menganggu, hati tak jenak, hati tak tenang. Karena tiap bulan harus memikirkan cicilan. Tiap bulan kepala sakit, berdenyut kencang, apalagi saat tanggal jatuh tempo kian dekat. Merasa penghasilan kok tidak pernah cukup.
Seiring waktu berjalan, sering mendengar kajian tentang harta riba, pelan-pelan mulai sadar bahwa apapun pekerjaan yang berkaitan dengan riba pasti tidak akan membawa keberkahan. Karena dosa riba yang sangat besar dan Allah membenci pelaku riba. Kesadaran itu makin hari makin mengetuk hati, sampai pada kesimpulan; “Kalau Allah sudah benci, kelar deh hidup loe..”
Akhirnya hijrah hati dan perbuatan, dengan mengucap bismillah menyatakan dengan tekad bulat perang melawan riba. Keputusan penting diambil, menjual aset menutupi semua hutang riba. MaSyaaAllah..ternyata janji Allah itu benar, hidup menjadi jauh lebih tenang dan bahagia. Toko memang tidak sepenuh biasanya, karena setiap barang yang dibeli semua dengan uang cash.
Campur tangan Allah itu sungguh luar biasa, Allahu Akbar. Hati menjadi tentram dan hanya bergantung kepada Allah. Proyek-proyek, alhamdulillah bisa tetap berjalan lancar. Tetap punya rasa percaya diri tinggi menghadapi customer, karena masih bisa mencukupi apapun permintaan customer.
Dan rasa tenang ini semakin terasa dikala pandemi covid terjadi, usahamemang sedikit menurun tapi Alhamdulillah, tidak bikin sakit kepala karena tidak ada hutang apapun yang harus dibayar. Masih tetap bisa berbagi kepada sesama. Alhamdulillah hidup tenang dan bahagia tanpa riba.
Teman-teman yang masih ada hutang riba, semoga Allah beri kemudahan untuk segera melunasinya. Kuncinya, harus punya tekad besar untuk meninggalkan hutang riba. InSyaa Allah berkah (seperti diceritakan dalam facebooknya).