Kabar Al-Aqsha
  • Home
  • Kabar Masjid
  • LAZ Al-Aqsha
  • Ummahat
  • Kajian
  • Ibrah
No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar Masjid
  • LAZ Al-Aqsha
  • Ummahat
  • Kajian
  • Ibrah
No Result
View All Result
Kabar Al-Aqsha
No Result
View All Result
Home Kajian

Rezeki Mesti Dicari, Bukan Hanya Duduk Bertawakal

Oleh: Redaksi

5 November 2020
Bagikan di FacebookBagikan di Twitter

Ada satu hal dalam masalah takdir yang membuat orang sering keliru dalam memahami. Ia adalah masalah yang berkaitan dengan rezeki.

Yang dimaksud dengan rezeki adalah suatu keberuntungan yang diperoleh manusia dalam hidupnya, baik itu berupa nikmat makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, harta, istri, anak, dan berbagai kenikmatan lain yang biasa diharapkan oleh manusia pada umumnya. Itu semua masuk dalam terminologi rezeki.

Rezeki ini ditakdirkan dan dibagikan Allah Ta’ala kepada manusia. Di antara mereka ada yang ditakdirkan lapang dalam rezekinya, ada yang rezekinya ditakdirkan sempit, dan ada pula yang rezekinya ditakdirkan berada di tengah-tengah. Semuanya, yang memberi rezeki adalah Allah. Dalam Al-Qur’an disebutkan,

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلۡقُوَّةِ ٱلۡمَتِينُ (٥٨)

“Sesungguhnya Allah, Dia adalah Maha Pemberi Rezeki yang memiliki kekuatan amat kokoh.” (QS: Adz-Dzariyat: 58).

Allah jugalah yang mengatur pembagian rezeki ini kepada seluruh makhluk. Dikatakan dalam firman-Nya;

وَمَا مِن دَآبَّةٍ۬ فِى ٱلۡأَرۡضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزۡقُهَا

“Dan tidak ada seekor binatang melata pun di muka bumi, melainkan Allah yang memberikan rezeki kepadanya.” (QS: Hud: 6).

وَڪَأَيِّن مِّن دَآبَّةٍ۬ لَّا تَحۡمِلُ رِزۡقَهَا ٱللَّهُ يَرۡزُقُهَا وَإِيَّاكُمۡ‌ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa (mencari) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberikan rezeki kepadanya juga kepada kalian. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Al-Ankabut: 60).

Mayoritas orang memahami perkataan, “Bahwa rezeki ditakdirkan dan dibagikan oleh Allah Ta’ala,” sebagai tidak adanya faedah dalam berusaha mencari rezeki. Mereka. menganggap bahwa orang yang telah ditakdirkan kaya oleh Allah, maka dia pun akan kaya kendati dia hanya duduk-duduk saja di rumah. Dan orang yang ditakdirkan miskin oleh Allah, maka dia pun akan miskin sekalipun dia orang yang cerdas, rajin bekerja dan ulet berusaha.

Yang benar, sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menakdirkan rezeki berkaitan dengan sebabnya. Karena sebab-sebabnya pasti juga telah ditakdirkan, sebagaimana akibat-akibatnya. Sekiranya Allah menakdirkan si Fulan menggunakan akal dan kecerdasannya, serta sungguh-sungguh bekerja dan berusaha dalam rangka mencari penghidupan, maka Allah pasti akan meluaskan rezeki kepadanya. Adapun orang lain yang senantiasa hidup dalam kemalasan, pasrah dalam ketidakpunyaan, dan lebih memilih hidup dalam kehinaan, maka Allah pun akan menyempitkan rezekinya.

Itulah makanya Allah berfirman;

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولاً۬ فَٱمۡشُواْ فِى مَنَاكِبِہَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦ‌ۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ (١٥)

“Dialah yang menjadikan bumi mudah bagi kalian, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah kalian dari rezeki-Nya.” (QS: Al-Mulk: 15).

Makna ayat di atas bahwa orang yang bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berusaha serta menyusuri pelosok bumi demi mencari rezeki di kisi-kisinya, maka dia akan makan dari rezeki Allah. Sedangkan orang yang malas-malasan dan enggan menyisir muka bumi untuk mencari rezeki, maka dia tidak berhak makan dari rezeki Allah.

Yang dimaksud jaminan Allah Ta’ala untuk memberikan rezeki kepada orang-orang yang hidup, termasuk jaminan rezeki-Nya terhadap seluruh binatang melata di muka bumi, adalah bahwa Allah menyediakan sebab-sebab dan sarana-sarana untuk mengais rezeki di bumi, baik di darat ataupun di lautan. Karena ketika Allah menciptakan bumi, Dia “Memberikan berkah di dalamnya dan telah menentukan makanan-makanannya.” (Fushshilat: 10).

Sebelum menciptakan manusia dan menempatkan mereka di bumi, Allah telah memberikan penghidupan terlebih dahulu untuk mereka di sana. Seperti firman-Nya, “Dan sungguh Kami telah menempatkan kalian di bumi dan membuat penghidupan di dalamnya untuk kalian, (namun) sedikit sekali kalian bersyukur.” (Al-A’raf: 10).

Selanjutnya Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian, kemudian Kami bentuk kalian (menjadi manusia), lalu Kami berkata kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam’.” (Al-A’raf: 11). Artinya, Al-Qur’an menunjukkan bahwa penghidupan dan rezeki untuk manusia di bumi telah disediakn sebelumnya oleh Allah sebelum Dia menciptakan mereka.

Akan tetapi, sudah menjadi sunnah Allah bahwa rezeki tidak akan dapat diraih kecuali oleh orang yang bekerja dan berusaha. Dan, syariat juga memerintahkan yang seperti ini. Sebab, sunnah-sunnah Allah yang berlaku pada makhluk-Nya serta tata aturan-Nya dalam syariat, mengharuskan manusia agar dia bekerja untuk mencari sendiri rezekinya. Barangsiapa yang cuma duduk-duduk saja tidak mau bekerja, berarti dia menyalahi hukum alam dan hukum syariat secara bersama-sama.

Manakala Umar bin Khathab Radhiyallahu Anhu melihat sekelompok orang duduk-duduk di masjid selepas shalat Jumat, sementara orang-orang sudah pada pulang, dia bertanya kepada mereka, “Siapa kalian?”

Mereka menjawab, “Kami adalah orang-orang yang bertawakal!” Kata Umar lagi, “Justru kalian adalah orang-orang yang sok bertawakal! Jangan sampai salah seorang dari kalian cuma duduk-duduk saja tidak mau mencari rezeki, lalu berdoa, ‘Ya Allah, berikanlah rezeki kepadaku,’ padahal dia tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak! Sesungguhnya Allah Ta’ala mengaruniakan rezeki kepada mereka yang berusaha dan bekerja. Apa kalian tidak membaca firman Allah, ‘Apabila shalat (Jumat) telah selesai dilaksanakan, maka menyebarlah kalian di muka bumi dan carilah kemurahan (rezeki) dari Allah’.” (Al-Jumu’ah: 10).

Inilah logika sahabat dalam memahami makna rezeki; berusaha, menyebar ke bumi, dan mencari kemurahan Allah. Bukan cuma duduk-duduk dan pasrah saja dengan alasan tawakal, kemudian hanya diam mengandalkan rezeki yang sudah dibagi oleh Allah. Padahal, rezeki tidak akan datang dengan cara seperti ini. (Hidcom)

Artikel Terkait

Bersabar Menghadapi Fitnah di Media Sosial
Kajian

Bersabar Menghadapi Fitnah di Media Sosial

17 Februari 2022
Memahami Kebenaran Mutlak dan Relatif
Kajian

Hukum untuk Para Penoda Agama

14 September 2021
Belajar dari Kisah Nuh dan Putranya
Kajian

Belajar dari Kisah Nuh dan Putranya

24 Juli 2021
Meneguhkan Tauhid Saat Sakit
Kajian

Meneguhkan Tauhid Saat Sakit

23 Juli 2021
Hati-hati Dalam Berpikir
Kajian

Hati-hati Dalam Berpikir

1 Mei 2021
Jangan Biarkan Media Sosial Menghapus Pahala Ramadhan
Kajian

Jangan Biarkan Media Sosial Menghapus Pahala Ramadhan

28 April 2021

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer

Jangan Biarkan Media Sosial Menghapus Pahala Ramadhan

28 April 2021

Mau Maju? Pakai Digital Marketing

16 Juni 2021

Musabaqoh Penghafal Quran, Berharap Gaungnya sampai Langit Ketujuh

17 April 2022

Apa itu Ghoror?

18 September 2022
Kabar Al-Aqsha

Alamat

Cluster Brazilia Delatinos BSD Serpong, Serpong, Kec. Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten 15318

Email: redaksi@alaqshadelatinos.org

Media Partner

  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi

© 2021 MediatrustPR. All Right Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita Dunia Islam
  • Kabar Masjid
  • Info DKM
    • LAZ Al-Aqsha
    • Aqsha Mart
    • Aqsha Clinic
    • Aqsha Mualaf Center
    • Ummahat Al-Aqsha
    • Aqsha Qurban
    • Aqsha Share & Care
    • Madrasah Bisnis Al-Aqsha
    • Aqsha Muda (AQMA)
    • TPA Al-Aqsha
    • Aqsha Scholarship
  • Profil Jamaah
  • Lapak Jamaah
  • Ummahat
  • Kajian
  • Rangkuman Pengajian
  • Ibrah
  • Gaya Hidup Muslim
  • Aqsha Go West
  • Parade Foto

© 2021 MediatrustPR. All Right Reserved