Ada pengalaman penuh hikmah dari seorang ustaz bernama Tamamuddin (bukan nama sebenarnya) terkait rezeki tanpa disangka-sangka yang akan dianugerahkan Allah kepada orang yang bertakwa.
Suatu hari, ia sedang merenungkan surah Ath-Thalaq ayat 2 dan 3. Beliau mentadabburi dengan seksama dan mencoba menyusuri kedalaman maknanya. Sampai akhirnya mendapat pengalaman berharga.
Perlu diketahui, kondisi Tamamuddin saat itu secara ekonomi sangat pas-pasan dan memiliki anak yang banyak. Ditambah lagi masih harus menjalani kuliah di kampus.
Pagi itu, beliau berangkat kuliah seperti biasa. Kondisi keuangan keluarga sangat mengkhawatirkan. Pergi kuliah tidak ada uang yang bisa dibawa; bahkan belum makan pagi.
Sesampai di kampus, beraktivitaslah ia seperti biasa layaknya mahasiswa pada umumnya. Dalam penantian salat zuhur di masjid, ada orang yang menginformasikan kepadanya bahwa ia diberi amanah untuk memberi tausiah setelah salat zuhur.
Dalam hati, Tamamuddin bergumam, “Al-hamdulillah. Barangkali ini yang dimaksud oleh Allah rezeki yang tak disangka-sangka.” Rupanya tanpa sadar ia membayangkan bahwa pasca tausiah akan mendapat amplop.
Ternyata dugaannya salah. Selepas memberi tausiah, ia tak mendapat amplop. Hanya mendapat ucapan terima kasih.
Waktu kuliah sudah selesai. Ia pun pulang dengan motornya dalam keadaan perut masih kosong. Dalam perjalanan, hatinya berkata, “Ya Allah, apa yang akan saya berikan untuk anak dan istri saya, sedangkan sampai detik ini hamba belum mendapatkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan anak istri.”
Di tengah perjalanan, rupanya ada cobaan baru menimpa. Ban motornya bocor. Ia pun harus menuntunnya, sembari berjalan kaki mencari tukang tambal ban.
Setelah menemukannya pun, perasaannya campur aduk, “dengan apa aku harus membayarnya. Padahal aku tidak punya uang dan jaminan apapun.”
Dengan bismillah ia letakkan motornya di tukang vulkanisir ban. Tak lama setelah itu tiba waktu ashar, dan ia menunaikan salat di mushala yang berada di seberang jalan.
Seusai salat, dalam kondisi yang masih berkecamuk memikirkan cara bayar tambal ban, tiba-tiba saat ia menyeberang jalan kaget bukan main karena ada mobil yang mengklaksonnya dengan sangat keras. Hampir saja ia tertabrak.
Tak disangka, orang yang hampir menabraknya itu adalah jamaahnya. Ia pun ditanya sedang apa berada di tempat itu. Diceritakanlah oleh Tamam kronologi yang sedang terjadi.
Tiba-tiba jamaahnya itu mengeluarkan amplop berisi uang. Tamam pun dengan lekas menolaknya. Oleh muridnya itu, Tamam diberi tahu bahwa sudah sejak lama ia ingin berbagi dengan gurunya, dan baru pada kesempatan ini bisa menunaikan azamnya.
Allahu Akbar. Tak terasa air matanya meleleh. Dalam hati Tamam membatin, “Rupanya ini yang dimaksud rezeki yang tak disangka-sangka. Pada kasus pertama, aku mengharapkan rezeki sesuai dengan perhitunganku, sedangkan yang kedua aku tak berharap apa-apa kecuali kepada Allah.”
Dia pun pulang dengan hati lapang. Hari ini Tamam mendapat rezeki lebih dari yang dibayangkan sebelumnya. Anak dan istri ikut bergembira, dan dia mendapatkan pemahaman dan pengalaman luar biasa. (Indoinside)